Minggu, 24 Mei 2009

sepenggal kisah "the kite runner"

Novel ini gw baca lebih dulu dibanding ATSS (A Thousand Splendid Suns)
hasilnya adalah: Menyentuh, liris, dramatis, filmis...

penggalan kisah ini gw copypaste dari :
http://indonezee.blogspot.com/2009/05/kite-runner-1st-novel-khaled-hosseini.html

Cerita tentang persahabatan antara Amir dengan Hassan. Amir adalah anak dari seorang saudagar kaya yang biasa dipanggil Agha Shahib. Seorang anak yang kurang mendapat kasih sayang dari ayahnya sejak ibunya meninggal. Menurut Amir, Agha Shahib tidak begitu menyukai dirinya karena ia dianggap sudah membunuh ibunya. Iya, ibunya meninggal saat melahirkannya. Jadilah ia seorang nak yang tertutup dan kurang pemberani. Sedangkan hassan adalah anak pembantunya yang begitu setia dengan Amir. Bahkan ia selalu pelindung Amir. Namun kesetiaan Hassan tidak mendapat timbal balik. Saat Hassan mendapatkan masalah ( pelecehan seksual ), Amir justru lari dari masalah tersebut. Lagi-lagi ini karena Amir adalah anak yang kurang punya nyali. Sejak saat itu ia merasa bersalah dengan Hassan. Tapi ia tak bisa berbuat banyak kecuali diam. Hal inilah yang terus menyiksa Amir. Setiap ia berhadapan dengan Hassan rasa bersalahnya selalu muncul. Sehingga suatu saat ia berniat mengusir Hassan dari rumahnya dengan memberi saran agar ayahnya mencari pembantu lain. Tapi usahanya harus gagal karena ayahnya tidak menyetujuinya. Tapi ternyata menyusun sebuah rencana dengan memfitnah Hassan telah mencuri jam tangannya. Sejak kejadian itu Hassan dan Ali, ayahnya pergi dari rumah yang sudah Ali tinggali 40 tahun.

Negara Afghanistan diusik oleh Rusia dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Hal inilah yang akhirnya membuat Agha Shahib harus mengungsi ke California, Amerika Serikat. Di sana mereka menjalani kehidupan barunya. Dan di sana pula Amir tumbuh menjadi remaja dan sukses menjadi penulis.

Suatu hari ia mendapat telpon dari teman ayahnya, Rahim Khan yang saat itu tinggal di Palestina. Ia meminta Amir agar segera menemuinya. Setelah bertemu Rahim Khan, Amir mendapat sebuah berita duka. Sebuah berita tentang kematian Hassan. Ia sangat terpukul dengan kabar itu. Rasa bersalahanya kembali muncul saat ia mengingat masa kecilnya bersama Hassan. Apalagi setelah ia mendengar cerita dari Rahim Khan bahwa ia dan Hassan adalah saudara. Iya, ayahnya pernah berselingkuh dengan istri Ali dan melahirkan Hassan. Satu lagi, Rahim Khan meminta Amir untuk menjemput putra Hassan, Sohrab yang sedang ditahan oleh kaum pemberontak di Afghanistan. Demi menebus rasa bersalahnya kepada almarhum Hassan, Amirpun menyanggupinya. Padahal untuk mendapatkan Sohrab bukan perkara yang mudah. Ia harus memasuki Afghanistan yang sedang kacau. Ia harus bertemu dengan kaum pemberontak yang bisa membahayakan nyawanya.

Bagaimana petualangan Amir untuk menebus rasa bersalahnya kepada sang Adik?

The Kite Runner, sebuah novel yang bagus. Khaled Hossaeni mampu menceritakan sebuah cerita yang ok banget. Ia mampu mengajak pembaca untuk tersenyum atau menangis. Ia mampu mengajak pembaca untuk ikut larut disetiap detail ceritanya. LUAR BIASA !!!

karya laen Khaled Hossaeini


Gw copy paste dari :
Hernadi's review
ceritanya asik dan mengharu biru... menyesakkan, menyentuh, sekaligus mencerahkan.
ini diyah....

Di ranah perbukuan internasional sebelum tahun 2003, tak seorangpun mengenal Khaled Hosseini, pria kelahiran Afghanistan lulusan San Diego School of Medicine yang sempat membuka praktik selama 10 tahun sebagai seorang dokter di Amerika. Namun di pertengahan tahun 2003 namanya tiba-tiba menjadi buah bibir dimana-mana. Bukan karena kepiawaiannya menangani masalah medis, melainkan karena kemahirannya merangkai cerita yang dirawinya menjadi sebuah novel yang diberinya judul “The Kite Runner “ (2001).

Novel perdananya yang berlatar belakang persabatan dua bocah Afghanistan disela-sela berkecamuknya perang saudara di Afghanistan meraup sukses luar biasa dan menjadi buku terlaris sepanjang 2005. The Kite Runner bertengger selama lebih dari 2 thn di daftar New York Times bestseller. Terjual lebih dari 8 juta kopi di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa. Filmnya sendiri telah dibuat oleh Paramount Picture, dan kabarnya akan diputar di bioskop-bioskop Indonesia pada Februari 2007.

Kesuksesan TKR mengantar Khaled Hosseini menjadi duta besar keliling UNHCR yang salah satu tugasnya mengunjungi para pengungsi di sejumlah negara yang sedang berada dalam konflik termasuk Afghanistan. Di tanah kelahirannya ini ia sempat mewawancarai sejumlah wanita Afghan yang kelak akan mengilhaminya untuk membuat novel keduanya yang diberinya judul A Thousand Splendid Suns

Novel ini mengambil setting di Afganistan antara tahun 1964 hingga tahun 2003. Tokoh utamanya adalah dua orang perempuan bernama Mariam dan Laila. Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda, usia yang berbeda, dan memiliki sifat yang bertolak belakang, namun sebuah peristiwa akhirnya mempertemukan mereka dan membuat keduanya harus menjalani berbagai kepedihan hidup ditengah situasi perang yang memporak porandakan kota dimana mereka tinggal.

Bab-bab pertama pertama novel ini mengisahkan kisah Mariam, seorang harami (anak haram) hasil hubungan gelap Jalil dan Nana, antara majikan dan pembantunya. Karenanya Nana disingkirkan oleh keluarga Jalil dan tinggal di sebuah desa terpencil bersama Mariam. Sedangkan Jalil hidup bersama ketiga istri sahnya di Herat. Walau Jalil tak pernah mengakui Mariam sebagai anaknya secara sah, namun seminggu sekali Jalil tetap mengunjunginya.

Saat Mariam akan berulang tahun yang ke 15, ia meminta agar ayahnya mengajaknya menonton film Pinokio di bioskop milik ayahnya di Herat. Jalil menjanjikannya. Namun malangnya saat yang dinanti-nantikannya berbuah kekecewaan, ayahnya tak datang untuk menjemputnya. Mariam nekad pergi sendiri menuju Herat untuk menemui ayahnya. Kenekatan Mariam harus dibayar mahal, sepulang menemui ayahnya, Mariam menemukan ibunya tewas gantung diri.

Setelah ibunya meninggal, Mariam diasuh oleh ayahnya. Namun bukan kebahagiaan yg ditemuinya. Ketiga istri Jalil tak menerima kehadiran Mariam. Ia dianggap aib bagi keluarganya, karenanya mereka mendesak Jalil untuk segera menikahkan Mariam dengan Rasheed, seorang duda tua pengusaha sepatu di Kabul. Inilah taktik bagi ketiga istri Jalil untuk menghapuskan jejak skandal memalukan suami mereka. Membuang Mariam ke Kabul yang berjarak enam ratus limapuluh kilometer dari Herat dengan menikahkannya.

Mariam akhirnya menikah dengan Rasheed. Awalnya tak ada yang meresahkan dalam pernikahan mereka kecauli sikap Rahseed yang over protektif terhadap Mariam. Karena Rasheed pernah kehilangan anak laki-laki dari pernikahannya terdahulu, ia berharap memiliki anak laki-laki dari Mariam. Sayangnya harapan Rasheed sirna karena berkali-kali Mariam mengalami keguguran. Sikap Rasheed menjadi berubah, selalu murung dan lekas marah. Kehidupan pernikahan mereka menjadi tak bahagia. Kesalahan sekecil apapun yang dibuat Mariam membuat Rasheed tak segan-segan memukul, menampar, atau menendang Mariam.

Lalu ada pula tokoh Laila, seorang gadis berusia sembilan tahun yang cerdas yang dilahirkan dari keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan. Laila tinggal bersama ayah dan ibunya di Kabul, dua orang kakak laki-lakinya gugur ketika berjuang bersama Mujahidin melawan Soviet. Hal ini menyebabkan ibunya menderita kepedihan yang amat dalam sehingga ibunya menutup diri dan nyaris gila. Laila juga bersahabat dengan seorang pria yang bernama Tarig yang seiring dengan bertambahnya usia mereka, mereka saling jatuh cinta.

Ketika Laila berusia lima belas tahun sebuah tragedi memisahkan Laila dari keluarganya dan kekasihnya Tariq. Laila kemudian diasuh oleh Rasheed dan Mariam yang rumahnya tak jauh dengan rumah Laila. Tanpa memerhatikan perasaan Mariam, Rasheed akhirnya menikahi Laila dan mulailah babak baru dalam kehidupan Mariam dan Laila. Awalnya Mariam selaku istri yang dimadu membenci Laila, apalagi Rasheed semakin merendahkan posisi Mariam dengan mengharuskan Mariam untuk melayani segala keperluan Laila.

Namun lambat laun kebencian Mariam pada Laila luntur ketika akhirnya keduanya mendapat perlakuan yang kasar dari Rasheed. Kekerasan dalam rumah tangga mewarnai kehidupan mereka. Mariam dan Laila harus mengalami penderitaan yang berlipat, selain mengalami penindasan dari suaminya sendiri, mereka juga harus bertahan mengahadapi situasi diluar yang tidak menguntungkan bagi para wanita. Kesamaan nasib yang mereka alami ini akhirnya melahirkan sebuah persahabatan yang membuat mereka memiliki kekuatan untuk mengarungi kerasnya hidup hingga seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding menampakkan cahayanya.

Persahabatan antara Mariam dan Laila dan bagaimana mereka berjuang untuk mempertahankan hidup mereka inilah yang menjadi inti cerita dari novel kedua Khaled Hossaeini ini. Sebenarnya kisah yang diangkat oleh Hosseini ini adalah kisah melodrama yang umum. Kisah keluarga berpoligami dimana terdapat kecemburuan dan kekerasan dalam rumah tangga layaknya sinetron-sinetron TV.

Namun dari sebuah tema melodramatik yang umum, dengan piawai Kahled Hosseini berhasil mengemas kisahnya dengan gambaran latar belakang situasi politik dan realitas sosial Afghanistan sejak Soviet masih berkuasa hingga jatuhnya Taliban. Latar inilah yang membuat novel ini memiliki daya tarik tersendiri dan istimewa. Jika saja tanpa deskripsi latar realitas Afghanistan bisa dipastikan novel ini hanyalah sekedar kisah drama dengan pergolakan emosi yang menyentuh hati pembacanya (walau tak sekuat The Kite Runner).

Dibanding dengan novel pertamanya, latar belakang kehidupan sosial dan politik di novel ini tampak lebih detail dan kronologis. Khaled merinci tahun dan pihak-pihak yang bertikai pada saat itu. Ia juga menyelipkan nama-nama riil tokoh politik dan pejuang-pejuang baik dari pihak Najibullah, Mujahidin, dan Taliban. Dengan demikian pembaca awam dapat memahami berbagai pergantian pemerintahan di Afghanistan secara kronologis.

Pembaca juga diajak melihat bagaimana gambaran penderitaan rakyat Afghanistan akibat peperangan yang terus berkecamuk, roket-roket berjatuhan di kota Kabul, penduduk sipil meregang nyawa dengan tubuh yang tercerai berai, gerak kaum perempuan dibatasi dimana Taliban mewajibkan semua wanita untuk tinggal di dalam rumah sepanjang waktu, tidak boleh bersekolah dan tidak boleh bekerja. Sedangkan laki-laki diwajibkan memelihara janggut, memakai serban, dll.

Tak hanya pembatasan gerak terhadap wanita, apresiasi seni dan kebudayaanpun diharamkan. Dilarang menyanyi, dilarang menari, para musisi dipenjara. Karya-karya seni yang dianggap bertentangan dengan Islam dihancurkan, bahkan Taliban tak segan-segan meluluh lantakkan patung Budha raksaksa di Bamiyan yang merupakan situs sejarah terbesar Afganistan yang berusia dua ribu tahun. Berbagai gambaran situasi Afghan itulah yang turut membangun kisah Mariam dan Laila menjadi semakin kuat, menyentuh sekaligus berwawasan karena menyajikan potret kehidupan masyarakat Afghanistan secara utuh.

Tema yang diangkat di novel ini pun tampaknya lebih dekat dengan kondisi di Indonesia dimana masalah poligami dan kekerasan dalam rumah tangga juga masih menjadi problema dalam kehidupan perempuan di Indonesia. Karenanya bukan tak mungkin novel yang hingga kini masih bertengger dalam bestseller versi the New York Times ini di Indonesia akan lebih laris dibanding The Kite Runner.

Hanya berselang 7 bulan semenjak dirilisnya novel aslinya, terjemahan novel ini kini telah beredar di toko-toko buku. Penerbit Qanita masih mempercayakan novel kedua Khaled ini diterjemahkan oleh penerjemah yang sama dengan novel pertamanya, yaitu Berliani M. Nugrahani. Langkah yang tepat karena setidaknya penerjemah telah memiliki modal dan pengalaman dalam menerjemahkan karya Khaled yang penuh dengan kalimat-kalimat indah dan menyentuh.

Bagi penerjemah sendiri menurut pengakuannya ia tak menemui kesulitan yang berarti dalam menerjemahkan novel ini. Dalam blognya ia mengungkap, bahwa menerjemahkan novel ini adalah sebuah petualangan yang sangat berkesan baginya. Ia menambahkan bahwa menerjemahkan novel ini adalah salah satu mimpi yang jadi kenyataan buat semua penerjemah. Dengan antusiasme yang besar dari penerjemahnya tak heran jika novel diterjemahkan dengan sangat baik sehingga pembaca tidak akan menemui kesulitan untuk menikmati novel ini.

Sebuah review atas novel ini yang dimuat di koran Sindo ( 20/1/2008) yang ditulis Denny Ardiansyah mengungkap bahwa penerjemah novel ini abai dalam menerjemahkan kosa kata dalam bahasa Afghanistan. Namun saya rasa hal ini tidaklah tepat, memang novel ini menyertakan puluhan kosa kata Afghanistan namun pada kalimat berikutnya apa yang dimaksud dalam kata-kata asing tersebut selalu dijabarkan. Jadi walau tanpa terjemahan dan tanpa glosarry, pembaca pasti akan memahami makna kalimat tersebut. Dan lagi ketika saya mencek ke naskah aslinya yang ditulis Khaled dalam bahasa inggris, Khaled pun tak menerjemahkan secara langsung kosa kata Afghan tersebut kedalam bahasa Inggris.

Akhirnya novel ini memang sangat layak untuk diapresiasi. Apa yang disajikan oleh Khaled pada novel ini membawa kita pada makna sebuah persahabatan dan pengorbanan cinta, kesabaran tanpa batas, penderitaan kaum perempuan karena kekerasan dalam rumah tangga dan kungkungan rezim otoriter, semangat hidup di tengah pudarnya harapan, dan ironi pahit sebuah peperangan yang selalu digagas atas nama keadilan namun selalu berbuah penderitaaan bagi warga sipil.

Senin, 16 Maret 2009

dibalik fenomena facebook





MARK Zuckerberg, Pendiri facebook

Semua orang yang maen internet pada tergila2 fenomena facebook...

Jaringan sosial ini telah membuat banyak orang lupa segalanya.....

yang penting membangun jaringan, tapi apa yang terjadi pada pendiri facebook itu sendiri?

Inilah ceritanya.....

MARK Zuckerberg pendiri Facebook mendapat tuntutan hukum dari ConnectU, atas tuduhan pencurian ide jaringan sosial tersebut.

ConnectU melakukan tuntutan ini karena menilai Zuckerberg mengambil ide dan gagasan Tyler and Cameron Winklevoss dalam mendirikan Facebook. Ide itu diklaim milik mantan teman sekamar Mark Zuckerberg saat masih kuliah.

Mark Zuckerberg dituntut dengan nilai uang sebesar 65 juta Dolar AS atau setara dengan Rp 715 miliar (kurs Rp 11.000).

Firma hukum Quinn Emanuel Urquhart Oliver & Hedges ditunjuk untuk menjalani proses hukum ini.
Mereka juga telah mengumumkan kasus ini pada iklan brosur bulan Januari, dan telah mempersiapkannya sejak tahun lalu. Di antaranya penyelesaian sebesar 65 juta dollar Amerika dengan Facebook.

Pengacara Quinn Emanuel yang mewakili ConnectU dalam penuntutan perkara yang penyelesaian pada bulan Juni tahun lalu.

Persyaratan finansial dalam penyelesaian perkara ini telah diumumkan dokumen pengadilan dan tidak diungkapkan oleh Facebook. “Kami tidak bisa memberikan keterangan dalam sebuah perjanjian rahasia,” kata Facebook

Pendiri ConnectU Tyler and Cameron Winklevoss mengklaim telah mendaftar kepada Zuckerberg untuk menyelesaikan kode software situs jaringan sosial ketika mereka masih menjadi mahasiswa Harvard tahun 2003.

Zuckerberg, mahasiswa tahun kedua pada waktu itu , mengambil kode dan gagasan mereka lalu mendirikan Facebook pada bulan Februari tahun 2004, dan mengakhiri perjanjian mereka, berdasarkan tuntutan hukum ConnectU’s.

Pengacara dan penasehat hukum pendiri Facebook dan ConnectU mengadakan negoisasi penyelesaian yang mencakup pembelian ConnectU oleh Facebook yang dirahasiakan jumlah uang tunai dan sahamnya, berdasarkan dokumen pengadilan.

Perjanjian ini meminta semua pihak menjaga rahasia rincian atau membayar penalti multi-juta dolar Amerika.

Sumber : KASKUS.US



Kamis, 05 Maret 2009

Pentingnya ASI


Maaf, fotonya, ini bukan pornografi tapi education.


ASI (Air Susu Ibu) memang merupakan gizi yang paling baik bagi bayi baru lahir.
Anakku sebagai Laboratorium perawatan bayi menunjukkan hal tersebut.

Yang sulung, tidak minum ASI sejak lahir tapi minum susu formula. Bener2 capek dibuatnya...
malam hari sebentar2 minta minum2, terpaksa termos air dibawa ke kamar.
Sulung ini cuma 2-3 hari minum ASI, selebihnya tidak mau. Tidak ada alasan yang jelas.
Ibunya sendiri juga bingung.

Sementara yang kecil, justru sebaliknya..
Tidak mau makan atau minum susu formula sejak lahir sampai kira2 umur 1 tahun...
Dan setelah umur 1 tahun baru mau makan nasi, itu pun dengan rayuan maut...
Habisnya, kadang ibunya tidak sanggup memenuhi permintaan ASInya..
Kuat banget minum ASI...

Tapi perkembangan keduanya sedikit berbeda, walaupun keduanya gw akui pinter-pinter.
diatas kemampuan rata-rata, bahkan si sulung langganan juara kelas di SD.
Sedangkan si kecil, walaupun umurnya paling kecil di TK (3,5 tahun), waktu pembagian raport dapet 5 besar dari 35 siswa. Prestasi yagn lumayan.


Tapi aku saranin buat ibu dan bapak2 yang punya bayi... terusin pemberian susunya.
biar anak sehat, kuat, dan pinter.

Nih... artikelnya...

Mencerdaskan Anak dengan ASI
Gizi.net - Memberi ASI secara eksklusif dalam jangka panjang mempertajam pengembangan daya pikir anak.

Kasih ibu sepanjang masa. Ungkapan ini agaknya akan kian terbukti jika memiliki hasil penelitian terbaru mengenai air susu ibu (ASI). Penelitian ini kian menguatkan pendapat bahwa ASI ketika dewasa akan lebih cerdas dari bayi yang hanya diberikan susu formula.

Tim peneliti di Universitas McGill, Kanada, menemukan bahwa bayi yang mendapat ASI memiliki hasil lebih baik pada tes intelligent quotient (IQ) pada usia enam tahun. Tetapi para peneliti tidak yakin apakah hal itu disebabkan oleh air susu ibu itu sendiri atau dari kedekatan hubungan ibu dengan bayinya ketika menyusui.

Penelitian terhadap hampir 14 ribu anak ini adalah yang terbaru dari serangkaian laporan yang menemukan kaitan positif ASI dan kecerdasan. Studi terbaru ini memasukkan faktor kecerdasan dengan cara mengikuti perkembangan anak-anak yang lahir di sejumlah rumah sakit di Belarus, yang meluncurkan kampanye ASI.



Namun demikian, ada satu masalah yang dihadapi pada penelitian tersebut. Yaitu, kesulitan dalam menemukan apakah hasil itu terkait dengan kebiasaan menyusui di kalangan ibu dari keluarga yang lebih makmur dan apakah keadaan sebuah keluarga menjadi faktor sebenarnya yang menentukan pembentukan kecerdasan anak.

Menurut laporan Archives of General Psychiatry seperti dilansir BBC News, para ilmuwan asal Kanada itu menemukan fakta bahwa bayi-bayi yang diberi ASI saja selama tiga bulan pertama, walaupun banyak di antaranya juga mendapat ASI sampai 12 bulan, mencapai angka rata-rata 5,9 dalam tes IQ. Para guru juga menilai anak-anak itu memiliki kemampuan akademik lebih tinggi dalam membaca dan menulis, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapat ASI

Kepala penelitian itu Profesor Michael Kramer mengungkapkan, memberi ASI secara eksklusif dalam jangka panjang tampaknya mempertajam pengembangan daya pikir anak. ''Meski perbedaan itu terlihat, masih belum jelas apakah keuntungan yang kami amati dari ASI itu disebabkan oleh zat yang terdapat di dalam air susu ibu atau terkait dengan kedekatan hubungan fisik dan sosial antara ibu dan bayi dalam proses menyusui,'' jelasnya.

Kandungan asam lemak (fatty acid) di dalam ASI selama ini diduga meningkatkan kecerdasan, tetapi laporan itu mengatakan aspek kedekatan fisik dan batin dalam proses menyusui mungkin mendorong perubahan permanen pada otak bayi yang sedang berkembang. Para peneliti juga mengatakan, menyusui bayi mungkin meningkatkan interaksi dengan kata-kata dari ibu ke anak, yang bisa membantu pengembangan kemampuan otak bayi. ''Pemberian ASI harus terus digiatkan,'' tegasnya.

Tak hanya persoalan kecerdasan, selama ini pemberian ASI sebenarnya juga disebut-sebut memberikan gizi lengkap secara alami. Pasalnya, air susu ibu memberikan juga banyak keuntungan penting. Keseimbangan yang tepat antara protein, karbohidrat, lemak, dan mineral menyebabkan air susu ibu mudah dicerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare.

Di Inggris, pemerintah merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya selama enam bulan pertama. Tetapi, penelitian itu memperlihatkan meski tiga perempat ibu pada awalnya memberikan ASI kepada bayinya, hanya satu dari empat ibu yang tetapi memberi ASI hingga enam bulan. Rosie Dodds, dari organisasi kesehatan anak dan bayi, National Childbirth Trust, mengatakan, penelitian tersebut sudah jelas menambah dan menguatkan bukti positif dari manfaat air susu ibu. ''Dan menurut saya, yang dibutuhkan sekarang adalah upaya lebih besar untuk mendukung program tersebut,'' cetusnya.

Namun demikian, Dodds menyatakan, satu masalah yang dihadapi saat ini adalah sebagian penelitian yang telah dilakukan masih menghadapi kesulitan dalam menemukan apakah persoalan kecerdasan itu terkait dengan kebiasaan menyusui di kalangan ibu dari keluarga yang lebih makmur. Dan, apakah keadaan sebuah keluarga menjadi faktor sebenarnya yang menentukan pembentukan kecerdasan anak.